A. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Tanah dapat ditafsirkan dari beberapa sudut pandang. Pengertian tanah dalam arti sempit merupakan terjemahan dari soil, sedangkan pengertian tanah dalam arti luas merupakan terjemahan dari land (lahan). Dalam pengertian soil dan land ini, maka soil adalah bagian dari land. Sebagai contohnya pengertian tanah pertanian dan lahan pertanian. Tanah pertanian dapat dikatakan sebagai media tumbuh bagi tumbuh-tumbuhan, sedangkan lahan pertanian meliputi tanah (pertanian), air (irigasi dan hujan), udara (iklim/cuaca), tumbuhan (yang dibudidayakan dan yang tidak dibudidayakan), dan batuan induk. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor yaitu batuan induk, organisme, iklim, relief, dan waktu.
Tanah adalah badan dasar bagi semua kehidupan di bumi. Campuran yang kompleks dan subur penyusun tanah, yang berperan memberi kehidupan, merupakan bidang kajian yang sangat menarik. Tanah terdiri dari beberapa komponen padatan (bahan mineral dan organik) yang tersebar tidak teratur dan berhubungan serta tersusun dalam suatu pola geometri yang sulit untuk dijelaskan. Beberapa bagian dari bahan padatan tersusun dari partikel berbentuk kristal, sedang yang lain berbentuk gel yang tidak teratur, yang mampu menyelimuti partikel berbentuk kristal dan merubah sifat dari bahan padatan berbentuk kristal tersebut.
Laporan ini dibuat untuk melengkai dan melaporkan hasil daripada praktikum yang dilakukan mengenai pengamatan variabel sifat fisik pada taanh mineral maupun gambut.
Seperti yang kita ketahui bahwa tanah gambut adalah tanah yang terbentuk dari seresah organik yang terdekomposisi secara anaerobik dimana laju penambahan bahan organik lebih tinggi daripada laju dekomposisinya. Tanah ini terbentuk bila produksi dan penimbunan bahan organik lebih besar dari mineralisasinya. Keadaan demikian terdapat di tempat-tempat yang slelau digenangi air, sehingga sirkulasi oksigen sangat terhambat. Akibatnya dekomposisi bahan organik terhambat dan terjadilah akumulasi bahan organik.
Sedangkan tanah mineral adalah tanah-tanah yang kandungan bahan organiknya kurang dari 20% atau tanah yang mempunyai lapisan organik dengan ketebalan kurang dari 30 cm (diukur dari permukaan tanah). Tanah mineral terbentuk dari bahan induk batuan yang tersusun dari mineral-mineral, sehingga yang banyak menentukan karakteristik tanah mineral adalah mineral penyusun batuan.
Kedua jenis tanah ini tentunya memiliki sifat-sifat fisik yang berbeda. Oleh karena itu lah, kami melakukan praktikum untuk mengamati perbedaanya pada kedua tanah ini. Ada empat variabel yang kami amati, antara lain bobot isi tanah, bobot jenis partikel, kadar air tanah dan porositas tanah pada kedua tanah tersebut.
b. Materi Praktikum
à Variabilitas Beberapa Sifat Fisik Tanah Mineral dan Gambut pada Berbagai Sistem Pengelolaan Lahan.
1. Bobot Isi Tanah
Bobot isi tanah (Bulk Density) adalah ukuran pengepakan atau kompresi partikel-partikel tanah (pasir, debu, dan liat). Bobot isi tanah bervariasi bergantung pada kerekatan partikel-partikel tanah itu. Bobot isi tanah dapat digunakan untuk menunjukkan nilai batas tanah dalam membatasi kemampuan akar untuk menembus (penetrasi) tanah, dan untuk pertumbuhan akar tersebut (Pearson et al., 1995).
Bobot isi tanah ditentukan sebagai massa (berat) suatu kesatuan voulm etanah kering. Volume ini tentu saja mencakup benda padat dan pori. Bobot isi tanah akan dipengaruhi dengan kadar bahan organik yang berada di dalam tanah. Hakim et.al., (1986) menyatakan bahwa tanah dengan kandungan bahan organik tinggi memiliki bobot isi yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah-tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang lebih rendah. Penetapan bobot isi (Bulk Density/ BD) tanah gambut dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode bentuk bongkahan atau), tetapi kedua metode ini menghasilkan angka-angka BD yang lebih besar karena kandungan air dalam bongkahan gambut masih tinggi. Sementara itu, pengukuran bobot isi tanah gambut, lebih banyak dilakukan di laboratorium dengan menggunakan ring core. Dalam metode ring core ini, untuk menghilangkan kandungan air dalam contoh, maka tanah gambut dikeringkan dalam oven (suhu 105o C selama 12 jam) dan diberi tekanan 33 – 1500 kPa, sehingga tanah menjadi kompak dan stabil (Notohadiprawiro, 1983).
Menurut Hanafiah (2005) bahwa bobot isi tanah merupakan kerapatan tanah per satuan volume yang dinyatakan dalam dua batasan berikut ini:
(1) Kerapatan partikel (bobot partikel = BP) adalah bobot massa partikel padat per satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,6 gram cm-3, dan;
(2) Kerapatan massa (bobot isi = BI) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering-ovenkan per satuan volume.
Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat. Tanah lapisan atas yang bertekstur liat dan berstruktur granuler mempunyai bobot isi (BI) antara 1,0 gram cm-3 sampai dengan 1,3 gram cm-3, sedangkan yang bertekstur kasar memiliki bobot isi antara 1,3 gram cm-3 sampai dengan 1,8 gram cm-3. Sebagai contoh pembanding adalah bobot isi air = 1 gram cm-3 = 1 ton gram cm-3.
Contoh perhitungan dalam menentukan bobot tanah dengan menggunakan bobot isi adalah sebagai berikut: 1 hekar tanah yang diasumsikan mempunyai bobot isi (BI) = 1,0 gram cm-3 dengan kedalaman 20 cm, akan mempunyai bobot tanah sebesar:
= {(volume 1 hektar tanah dengan kedalaman 20 cm) x (BI)}
= {(100 m x 100 m x 0,2 m) x (1,0 gram cm-3 )}
= {(2.000 m-3) x (1 ton m-3)}
= 2.000 ton m-3
Apabila tanah tersebut mengandung 1% bahan organik, ini berarti terdapat 20 ton m-3 bahan organik per hektar.
2. Kadar Air Tanah
Fraksi air per massa atau volume tanah dapat dicirikan dengan istilah kadar air tanah. Pada beberapa hal kandungan air suatu profil tanah dapat dinyatakan dengan satuan kedalaman, yaitu volume air yang terdapat pada kedalaman total tertentu per satuan luas lahan. Untuk mengukur kadar air tanah dapat digunakan metode pengambilan contoh tanah dan pengeringan, tahanan listrik dan penyebaran neutron ( Asadi, dkk, 2004).
Air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi. Lapisan tanah yang terletak dibawah permukaan air tanah dinamakan daerah jenuh (saturated zone),sedangkan daerah tidak jenuh biasanya terletak di atas daerah jenuh sampai ke permukaan tanah, dimana rongga-rongganya berisi air dan udara. Karena air tersebut meliputi lengas tanah (soil moisture) dalam daerah akar (root zone), maka hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi pertanian, botani dan ilmu tanah. Antara daerah jenuh dan daerah tidak jenuh tidak ada garis batas yang tegas, karena keduanya mempunyai garis batas yang interdependent, dimana air dari kedua daerah tersebut dapat bergerak ke daerah yang lain atau sebaliknya.
Salah satu peranan tanah dalam bidang pertanian adalah sebagai tempat penyimpanan air yang sangat penting dalm hubungan kation, pelapukan bahan organik dan kegiatan jasad-jasad mikro. Hal itu hanya dapat berlangsung dengan baik bilamana tersedia air dan udara yang cukup.
Untuk mengetahui keadaan air tanah dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman, maka perlu ditetapkan kadar air tanah dalam beeberapa keadaan seperti, kadar air total, kapasitas lapang dan titik layu permanen. Kadar air tanah pada kapasitas lapang adalah junlah air yang ditahan oleh tanah setelah kelebihan air gravitasi meresap ke bawah karena gaya gravitasi (Djajakirana, 1984)
3. Porositas Tanah
Tanah terdiri dari butiran dengan ruang-ruang diantara butir-butir dikenal sebagai pori-pori. Pori-pori pada umumnya merupakan suatu campuran dari udara dan air. Uji porositas tanah merupakan uji laboratorium yang digunakan untuk mengetahui persentase kadar air dan udara dalam tanah. Permasalahan dari penelitian ini adalah berapakah nilai porositas tanah pada tempat penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui nilai porositas tanah pada tempat penelitian. Kandungan bahan organik tinggi menyebabkan banyaknya pori-pori tanah.
Porositas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air. Porositas tanah erat kaitannya dengan tingkat kepadatan tanah (Bulk Density). Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar. Lalu apa keuntungan kita mengetahui porositas suatu tanah? Tinggi rendahnya porositas suatu tanah ini sangat berguna dalam menentukan tanaman yang cocok untuk tanah tersebut.Bila suatu tanah dengan porositas rendah dalam artian sulit menyerap air, maka bila kita menanam tanaman yang tidak rakus air, akan sangat menghambat bahkan merusak. Dalam keadaan air yang lama terserap (hingga tergenang) sementara tanaman yang di tanam tidak membutuhkan banyak air justru akan menjadikan kondisi lingkungan mikro di sekitar tanaman menjadi lembab akibatnya akan mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman. Selain itu, tanaman akan mudah rusak bila tergenang air terlalu lama, karena tanaman tersebut dalam kondisi tercekam kelebihan air yang dapat menyebabkan pembusukan akar tanaman.
Cara mudah dan sederhana mengetahui porositas tanah adalah dengan menggunakan botol air kemasan bekas yang di potong tengahnya dan di lubangi bagian bawahnya. Kemudian kita masukkan tanah yang akan kita tes dan masukkan air kedalamnya. Bila air tersebut cepat menyerap dalam tanah sehingga keluar dari bagian dasar botol maka tanah tersebut memilki porositas tinggi.Begitu juga sebaliknya (Anonim 1 ; 2009).
4. Bobot Jenis Partikel
Bobot jenis partikel adalah perbandingan antara massa satuan solum tanah padat dengan volume padatan tanah. Dalam sistem metrik, bobot jenis partikel biasanya dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik. Pada umumnya, bobot jenis partikel untuk tanah mineral berkisar antara 2,6 – 2,75. hal ini terjadi karena akuarsa, feldspar dan koloid silikat yang kerapatannya terdapat dalam kisaran ini, biasanya merupakan bagian terbesar dari tanah mineral. Selain itu, karena berat bahan organik yang lebih kecil dari berat benda padat tanah mineral yang lain dalam volume sama, jumlah bahan organik dalam suatu tanah jelas mempengaruhi bobot jenis partikel. Akibatnya tanah permukaan biasanya memiliki bobot jenis partikel yang lebih kecil dari subsoil. Dengan kata lain, semakin banyaknya bahan organik yang terkandung, maka semakin kecil lah nilai daripada bobot jenis partikel. Sedangkan, semakin banyaknya mineral berat yang terkandung di dalam tanah, maka akan semakin besar pula lah nilai bobot jenis partikel tanah tersebut (Buck & Nyle, 1982).
c. Tujuan Praktikum
à Agar mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengambilan dan penanganan contoh tanah di lapangan dengan benar.
2. Melakukan pengukuran beberapa variabel sifat fisik tanah di laboratorium.
3. Menghitung nilai variabel sifat fisik tanah dan menginterpretasikannya.
d. Tempat Praktikum
à 1. Laboratorium : Fisika & Konservasi Tanah
2. Lapangan / lokasi : Di sekitar kampus UNTAN
e. Variabel Pengukuran
à 1. Bobot Isi Tanah
2. Bobot Jenis Partikel (BJP)
3. Kadar Air Tanah pada Kapasitas Lapang (pF 2,5)
4. Porositas Tanah
f. Bahan & Alat Praktikum
à 1. Bahan : - Kantong plastik putih
- Karet gelang
- Spidol permanen atau kertas label
- Kain kasa
- Alumunium foil
à Alat : - Ring sampel (silinder logam)
- Pisau tipis & tajam
- Penggali, parang & sekop
- Timbangan digital, eksikator & oven
- Penggaris
- Kalkulator & alat tulis menulis
B. PENGAMBILAN & PENANGANAN SAMPEL TANAH DI LAPANGAN
Untuk mengambil sampel tanah di lapangan, berikut langkah-langkahnya:
1. Ratakan dan bersihkan lapisan atas tanah yang akan diambil, kemudian letakkan ring tegak pada lapisan tanah tersebut.
2. Gali tanah di sekeliling ring dengan sekop atau pisau.
3. Iris tanah dengan pisau sampai hampir mendekati tabung.
4. Tekan ring sampai tiga perempat bagiannya masuk ke dalam tanah.
5. Letakkan ring lain tepat di atas tabung pertama, kemudian masukkan lagi sampai bagian bawah dari ring kedua masuk ke dalam tanah kira-kira 1 cm. Hal ini juga dilakukan untuk mengambil tanah pada tanah yang lebih dalam atau kedalaman 20-40 dan 40 – 60.
6. Ring beserta tanah di dalamnya digali dengan sekop atau pisau.
7. Potong tanah yang berlebih yang ada pada bagian atas dan bawah ring sampai rata sekali.
8. Tutuplah ring denagn alumunium foil.
9. Jangan lupa beri tanda atau label pada setiap ring yang menyatakan perbedaan kedalaman dan jenis tanah tersebut.
C. PENGUKURAN SAMPEL TANAH DI LABORATORIUM
Setelah sampel tanah diambil dari lapangan, maka langkah-langkah selanjutnya yang harus kita lakukan di laboratorium adalah sebagai berikut:
1. Sebelum mengambil sampel tanah di lapangan, kita harus menimbang berat kosong daripada ring terlebih dahulu. Penimbangan ini harus menggunakan timbangan digital yang ada di laboratorium.
2. Selanjutnya mengambil sampel di lapangan.
3. Kemudian mensortir sampel tanah sesuai dengan kesamaan jenis dan urutan kedalaman. Tanah sawit, tanah sawah dan gambut yang masing-masing memiliki dua kali ulangan.
4. Penimbangan sampel tanah beserta ringnya dengan menggunakan timbangan digital.
5. Sampel tanah beserta ring nya direndam dengan air.
6. Penyimpanan sampel tanah ke dalam sand box selama satu minggu untuk kemudian ditimbang kembali dengan timbangan digital.
7. Penyimpanan sampel tanah ke dalam oven selama beberapa hari. Kemudian menimbang beratnya lagi dengan timbangan digital.
8. Sampel tanah ditumbuk dan diambil 8 gram untuk dimasukkan ke dalam piknometer. Namun, sebelumnya piknometer ditimbang kosong terlebih dahulu. Begitu juga setelah piknometer telah diisi dengan tanah, harus kembali ditimbang.
D. PERHITUNGAN
1. Bobot Isi Tanah (Pb)
Untuk menghitung bobot isi tanah ini digunakan rumus :
Karena bobot isi tanah atau yang biasa disebut Dry Bulk Density adalah perbandingan antara massa total tanah dalam keadaan kering dengan volume total tanah, maka:
Dan hasil perhitungannya disajikan di dalam tabel berikut,,
HASIL PERHITUNGAN BOBOT ISI
Kedalaman (cm)
Tanah Sawit
Tanah Sawah
Tanah Gambut
I
II
I
II
I
II
0 - 20
0,29
0,25
0,24
0,23
0,19
0,22
20 - 40
0,32
0,32
0,30
0,28
0,22
0,23
40 - 60
0,33
0,34
0,31
0,28
0,25
0,23
Dengan satuan gram/cm3.
2. Kadar Air Tanah
Untuk menghitung kadar air tanah pada kapasitas lapang ini, digunakan rumus untuk mnghitung kadar air tanah secara gravimetrik (berdasarkan buku petunjuk praktikum),
Dan hasil perhitungannya disajikan dalam tabel berikut:
HASIL PERHITUNGAN KADAR AIR TANAH KAPASITAS LAPANG
Kedalaman (cm)
Tanah Sawit
Tanah Sawah
Tanah Gambut
I
II
I
II
I
II
0 - 20
123,94
207,91
314,10
299,30
443,63
1.320,34
20 - 40
98,21
94,54
129,68
175,54
469,11
892,97
40 - 60
90,07
79,44
128,49
129,42
318,24
613,35
Dengan satuan % (g/g).
3. Porositas Tanah
Untuk menghitung porositas tanah ini digunakan rumus,
Dan hasilnya adalah sebagai berikut:
HASIL PERHITUNGAN POROSITAS TANAH
Kedalaman (cm)
Tanah Sawit
Tanah Sawah
Tanah Gambut
I
II
I
II
I
II
0 - 20
89,09
90,67
91,04
91,22
92,90
91,70
20 - 40
87,96
88,11
88,82
89,62
91,65
91,41
40 - 60
87,42
87,09
88,36
89,57
90,54
91,47
Dengan satuan %.
4. Bobot Jenis Partikel (Pp)
Untuk bobot jenis partikel ini tidak dapat dihitung dengan rumus berikut dikarenakan ada data yang kurang karena tidak diamati pada praktikum.
Dimana,,
Y = bobot labu kosong + bobot tanah kering oven
X = bobot labu kosong
Z = bobot labu bersih air + air
A = bobot labu + air dingin yang telah dididihkan
d = kerapatan air pada saat temperatur pengamatan
Oleh karena itu, nilai Pp ditetapkan 2,65 gr/cm3. nilai Pp ini dibutuhkan untuk membantu menghitung nilai porositas tanah seperti yang telah dilakukan di atas.
E. PENYAJIAN DATA HASIL & PEMBAHASAN
Praktikum fisika tanah ini berjudul Variabilitas Beberapa Sifat Fisik Tanah Mineral dan Gambut pada Berbagai Sistem Pengelohan Lahan. Untuk melakukan praktikum ini dibutuhkan 3 jenis tanah yang berbeda-beda, antara lain:
§ Tanah mineral yang tertutup pepohonan, dibawah tajuk tanaman kelapa sawit (tanah 1).
§ Tanah mineral yang tertutup vegetasi sawah (tanah 2).
§ Tanah gambut yang telah diolah (tanah 3).
Oleh karena itu pengambilan sampel tanah untuk memenuhi 3 jenis tanah yang berbeda dilakukan di 3 lokasi yang berbeda pula , yaitu:
§ Lokasi 1 untuk tanah 1 à Di samping SMA Santun Untan.
§ Lokasi 2 untuk tanah 2 à Di belakang Fak.Teknik Untan.
§ Lokasi 3 untuk tanah 3 à Di Jalan Sepakat Dalam.
Seperti yang telah dijelaskan pada prosedur teknis pengambilan sampel tanah di lapangan sebelumnya, pengambilan sampel tanah di lapangan ini akan dilanjutkan dengan beberapa tahap perlakuan di laboratorium fisika & konservasi tanah.
Setelah pengambilan sampel di lapangan, sampel tersebut akan diolah di laboratorium. Langkah selanjutnya adalah penimbangan berat ring beserta tanah nya. Sampel tanah ini memiliki berat tanah basah. Dari berat tanah basah ini kita dapat menghitung kadar air tanah pada kapasitas lapang. Seperti yang kita ketahui bahwa kapasitas lapang adalah persentase kelembaban yang ditahan oleh tanah sesudah terjadinya drainase dan kecepatan gerakan air ke bawah menjadi sangat lambat. Keadaan ini terjadi 2 - 3 hari sesudah hujan jatuh yaitu bila tanah cukup mudah ditembus oleh air, textur dan struktur tanahnya uniform dan pori-pori tanah belum semua terisi oleh air dan temperatur yang cukup tinggi. Kelembaban pada saat ini berada di antara 5 - 40%. Selama air di dalam tanah masih lebih tinggi daripada kapasitas lapang maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan air kapiler selalu dapat mengganti kehilangan air karena proses evaporasi. Bila kelembaban tanah turun sampai di bawah kapasitas lapang maka air menjadi tidak mobile. Akar-akar akan membentuk cabang-cabang lebih banyak, pemanjangan lebih cepat untuk mendapatkan suatu air bagi konsumsinya. Kapasitas lapang sangat penting pula artinya karena dapat menunjukkan kandungan maksimum dari tanah dan dapat menentukan jumlah air pengairan yang diperlukan untuk membasahi tanah sampai lapisan di bawahnya. Pada hasil perhitungan kadar air tanah pada kapasitas tanah dapat diketahui bahwa semakin dalam tanah, maka kadar air tanah semakin menurun. Dengan kata lain kadar air tanah di permukaan tanah lebih tinggi daripada di subsoil.
Untuk tanah mineral dan gambut, kadar air tanah kapasitas lapang lebih tinggi di permukaan tanah nya dan lebih rendah di subsoil nya. Sedangkan bobot isi tanah mineral di permukaan tanah justru lebih rendah dibandingkan pada sub soil nya. Bobot isi tanah akan mengalami peningkatan dari permukaan tanah ke lapisan-lapisan yang berada semakin dalam. Hal ini dapat terlihat jelas dari data dan hasil perhitungan kita. Seperti yang kita ketahui bahwa bobot isi sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik di dalam tanah. Karena kandungan bahan organik di permukaan tanah lebih banyak dibandingkan di tanah bagian bawah. Maka dari itu pula bobot isi di permukaan tanah lebih rendah pada lapisan tanah bagian bawah. Semakin tinggi kandungan bahan organik, maka semakin rendah pula nilai bobot isi daripada tanah itu sendiri. Pada tanah gambut, bobot isi yang diperoleh pada praktikum menunjukkan tingkat kematangan hemik (BI = ± 0,2 gr/cc). Sebenarnya, berdasarkan teori yang ada bobot isi tanah gambut akan lebih tinggi di permukaan tanah dibandingkan di lapisan yang di bawah. Namun, berdasarkan data dari lapangan menujukkan hal yang sama bahwa tanah gambut dan tanah mineral yang memiliki bobot isi tanah yang lebih rendah di permukaan tanah dan bobot isi tersebut lebih tinggi di sub soil nya. Hal ini bisa saja terjadi karena, tanah gambut yang diambil sampel tanah nya adalah tanah gambut yang telah diolah dan sudah ditanami oleh komoditi jagung. Pada saat pengambilan sampel, pada kedalaman ± 58 cm kami juga sudah mulai menemukan akan adanya tanah mineral. Hal ini lah yang menyebabkan bobot isi tanah gambut semakin tinggi di sub soilnya. Namun, peningkatan bobot isi tersebut juga tidak terlalu spesfiik seperti halnya tanah mineral, yang mana hanya mengalami kenaikan dari 0,19 – 0,25 pada ulangan pertama dan 0,22 – 0,23 pada ulangan yang kedua.
Perhitungan untuk porositas tanah menunjukkan bahwa semakin dalam lapisan tanah, maka porositas nya akan semakin rendah. Hal ini bisa dikaitkan dengan kandungan bahan organik yang ada di dalam tanah. Dengan semakin banyaknya kandungan bahan organik yang ada, maka akan semakin mempermudah tanah tersebut untuk menyerap air karena banyaknya partikel bahan organik yang mampu mengikat air tersebut. Karena pada dasarnya bahan organik lebih banyak terdapat di permukaan tanah, maka porositas tanah di permukaan akan lebih tinggi. Dan ini sesuai dengan dasar teori yang menyatakan bahwa porositas tanah berbanding terbalik dengan bobot isi daripada tanah itu sendiri.
Bobot jenis partikel atau particle density sangat dipengaruhi oleh kandungan mineral dan bahan organik yang terdapat di dalam tanah. Semakin banyak mineral yang terkadnug di dalam tanah, maka bobot jenis partikel akan semakin tinggi. Sedangkan semakin banyak nya bahan organik yang ada akan membuat bobot jenis partikel tanah semakin rendah. Dari sini dapat kita katakan bahwa tanah mineral pasti akan memiliki nilai bobot jenis partikel yang lebih tinggi daripada tanah gambut.
A. Berat Ring Kosong (gr)
Kedalaman (cm)
Tanah Sawit
Tanah Sawah
Tanah Gambut
I
II
I
II
I
II
0 - 20
73,33
72,24
74,76
74,18
76,47
74,03
20 - 40
75,08
71,83
73,59
73,42
75,75
71,19
40 - 60
71,56
70,43
76,84
73,08
72,46
72,26
B. Berat Ring + Tanah (gr)
Kedalaman (cm)
Tanah Sawit
Tanah Sawah
Tanah Gambut
I
II
I
II
I
II
0 - 20
236,72
211,97
209,01
205,71
182,75
198,31
20 - 40
255,35
249,91
240,98
228,85
200,84
199,78
40 - 60
260,01
263,83
251,15
229,34
214,16
199,95
Berat Tanah Basah ( B – A ) gr
Kedalaman (cm)
Tanah Sawit
Tanah Sawah
Tanah Gambut
I
II
I
II
I
II
0 - 20
163,39
139,73
134,25
131,53
106,28
124,28
20 - 40
180,27
178,08
167,39
155,43
125,09
128,59
40 - 60
188,45
193,4
174,31
156,26
141,7
127,69
C. Berat Ring + Tanah Dari Eksikator (gr)
Kedalaman (cm)
Tanah Sawit
Tanah Sawah
Tanah Gambut
I
II
I
II
I
II
0 - 20
243,77
221,68
217,85
213,64
201,19
206,2
20 - 40
262,19
251,31
244,42
231,91
211,71
205,71
40 - 60
262,98
268,73
253,51
233,38
218,62
206,54
D. Berat Ring + Tanah Dari Oven (gr)
Kedalaman (cm)
Tanah Sawit
Tanah Sawah
Tanah Gambut
I
II
I
II
I
II
0 - 20
146,29
117,62
107,18
107,12
96,02
82,78
20 - 40
166,03
163,37
146,47
129,83
97,73
84,14
40 - 60
170,71
178,21
149,93
141,19
106,34
90,16
Berat Tanah Kering Oven ( D – A )
Kedalaman (cm)
Tanah Sawit
Tanah Sawah
Tanah Gambut
I
II
I
II
I
II
0 - 20
72,96
45,38
32,42
32,94
19,55
8,75
20 - 40
90,95
91,54
72,88
56,41
21,98
12,95
40 - 60
99,15
107,78
73,09
68,11
33,88
17,9
Berat Piknometer & Tanah (Gr)
Tanah Sawit
Tanah Gambut
Tanah Sawah
I
II
I
II
I
II
Piknometer Kosong ( X )
35,17
35,43
33,94
34,34
34,57
34,69
Piknometer Tanah ( Y )
8
8
8
8
8
8
Piknometer + Tanah ( Z )
43,17
43,43
41,94
42,34
42,57
42,69
F. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
Bobot isi tanah lebih tinggi di lapisan-lapisan yang di bawah (sub soil ) dibandingkan dengan di permukaan tanah nya. Bobot isi tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik tanah. Semakin tinggi bahan organik, maka bobot isi akan semakin rendah. Karena bahan organik di permukaan tanah lebih banyak daripada di subsoil, maka bobot isi tanah lebih rendah di lapisan atas tanah.
Semakin dalam lapisan tanah, maka porositas nya akan semakin rendah. Hal ini bisa dikaitkan dengan kandungan bahan organik yang ada di dalam tanah. Dengan semakin banyaknya kandungan bahan organik yang ada, maka akan semakin mempermudah tanah tersebut untuk menyerap air karena banyaknya partikel bahan organik yang mampu mengikat air tersebut. Karena pada dasarnya bahan organik lebih banyak terdapat di permukaan tanah, maka porositas tanah di permukaan akan lebih tinggi.
Dari data dapat disimpulkan bahwa semakin dalam tanah, maka kadar air kapasitas lapang tanah semakin menurun. Dengan kata lain kadar air tanah di permukaan tanah lebih tinggi daripada di subsoil.
Tanah mineral memiliki nilai bobot jenis partikel yang lebih tinggi daripada tanah gambut. Hal ini dikarenakan karena tingginya kandungan bahan organik pada tanah gambut yang menyebabkan semakin rendahnya bobot jenis tanah. Dan semakin banyaknya mineral yang terkandung pada tanah mineral akan membuat tanah tersebut memiliki bobot jenis partikel yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1 ; www.gbkppontianak-serbaserbi.blogspot.com/2009/05/petani-pun-
dapat-menganalisa-tanah-nya.htm
Asadi, dkk. 2004 Buku Ajar Fisika Tanah. UNTAN-Press; Pontianak.
Buckman, Harry & Nyle C.Brandy. 1982. Ilmu Tanah. PT Bhratara Karya Aksara :
Jakarta.
Djajakirana, Gunawan. 1984. Penuntuk Dasar-Dasar Ilmu Tanah. IPB-Press : Bogor.
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong, dan H.H.
Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360 halaman
Notohadiprawiro, T. 1983. Selidik Cepat Ciri Tanah di Lapangan. Ghalia; Indonesia.
Pearson, C.J., Norman, D.W., & Dixon, J. 1995. Sustainable Dryland Cropping in
Relation to Soil Productivity. Dalam FAO Soils Bulletin 72. Rome:FAO.
membaca tulisan di atas, sy cukup kaget..ternyata ada "org" Untan yg berbaik hati utk berbagi info2 bermanfaat seputar kegiatan praktikum kampus...ini sangat imajinatif, kreatif dn informatif, jd teruskan utk berbuat yg terbaik bagi almamater tercinta kita....
BalasHapussabahan/alumni ITN99 Untan/mhs pascasarjana IPB
mantap..................
BalasHapus