Sabtu, 27 Juni 2009

I. JUDUL PERCOBAAN
PENETAPAN Nitrogen TOTAL TANAH (METODE KJEDAHL)

II. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui berapa banyak kandungan nitrogen di dalam tanah,

































III. DASAR TEORI
A. NITROGEN
Nitrogen atau Zat lemas adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang N dan nomor atom 7. Biasanya ditemukan sebagai gas tanpa warna, tanpa bau, tanpa rasa dan merupakan gas diatomik bukan logam yang stabil, sangat sulit bereaksi dengan unsur atau senyawa lainnya. Dinamakan zat lemas karena zat ini bersifat malas, tidak aktif bereaksi dengan unsur lainnya.

Nitrogen adalah 78,08% persen dari atmosfir Bumi dan terdapat dalam banyak jaringan hidup. Zat lemas membentuk banyak senyawa penting seperti asam amino, amoniak, asam nitrat, dan sianida.

Nitrogen adalah zat non logam, dengan elektronegatifitas 3.0. Mempunyai 5 elektron di kulit terluarnya. Oleh karena itu trivalen dalam sebagian besar senyawa. Nitrogen mengembun pada suhu 77K (-196oC) pada tekanan atmosfir dan membeku pada suhu 63K (-210oC).

Nitrogen merupakan unsur kunci dalam asam amino dan asam nukleat, dan ini menjadikan nitrogen penting bagi semua kehidupan. Protein disusun dari asam-asam amino, sementara asam nukleat menjadi salah satu komponen pembentuk DNA dan RNA. Polong-polongan, seperti kedelai, mampu menangkap nitrogen secara langsung dari atmosfer karena bersimbiosis dengan bakteri bintil akar (Anonim 1; 2009)

Kita hidup dalam lautan nitrogen, meskipun demikian penyediaan makanan untuk kehidupan manusia dan hewan-hewan lainnya lebih dibatasi oleh nitrogen daripada unsur-unsur lainnya. Atmosfer terdiri dari 79% nitrogen ( berdasarkan volume) sebagai gas padat N2 yang tidak bereaki dengan unsur lainnya untuk menghasilkan suatu bentuk nitrogen yang dapat digunakan pleh sebagian besar tanaman. Peningkatan penyediaan nitrogen tanah untuk tamnaman terdiri terutama dari meningkatnya jumlah pengikatan nitrogen secara biologis atau penambahan pupuk nitrogen. Hal ini kelihatannya seolah-olah bertentangan dimana unsur hara yang diabsorbsi dari tanah dalam jumlah terbesar oleh tanaman adlah unsur hara yang sebagian besar sangat terbatas penyediaanya.

Bersama unsur fosfor (P) dan kalium (K), nitogen (N) merupakan unsur hara yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman. Bahan tanaman kering mengandung sekitar 2 sampai 4 % N; jauh lebih rendah dari kandungan C yang berkisar 40 %. Namun hara N merupakan komponen protein (asam amino) dan khlorofil. Bentuk ion yang diserap oleh tanaman umumnya dalam bentuk NO3¯ dan NH4+ bagi tanaman padi sawah (Russell, 1973).

Begitu besarnya peranan N bagi tanaman, maka penyediaannya sangat diperhatikan sekali oleh para petani. Surnber N utama tanah adalah dari bahan organik melalui proses mineralisasi NH4+ dan NO3¯. Selain itu N dapat juga bersumber dan atmosfir (78 % NV melalui curah hujan (8 -10 % N tanah), penambatan (fiksasi) oleh mikroorganisme tanah baik secara sembiosis dengan tanaman maupun hidup bebas. Walaupun sumber ini cukup banyak secara alami, namun untuk memenuhi kebutuhan tanaman maka diberikan secara sengaja dalam bentuk pupuk, seperti Urea, ZA, dan sebagainya maupun dalam bentuk pupuk kandang ataupun pupuk hijau (Sanchez, 1976: Megel dan Kirkby, 1982).

Sumber utama nitrogen di alam adalah N2 atmosfer yang menempati 78% dari volume total udara. Walaupun tersedia melimpah namun N atmosfer ini terdapat dalam bentuk ikatan kovelen rangkap 3 yang bersifat sangat stabil dan inert. Meskipun tanaman dapat menyerap sejumlah N dari atmosphere melalui dedaunan, tetapi sebagian besar kebutuhan tanaman akan nitrogen dipenuhi dari perakaran di dalam tanah yang diperoleh dalam bentuk nitrat dan ammonium. Dibawah kondisi normal, N masuk dalam lingkungan tanah sebagai hasil dari penambatan biologi dan atau decomposisi dari hewan atau residu tanaman. Sebagian besar dari N dalam tanah terdapat dalam bentuk bahan organic, dimana bersifat relative stabil dan tidak tersedia secara langsung untuk tanaman. Oleh karena itu agar dapat diasimilasi oleh tumbuhan tingkat tinggi maka N2 atmosfer harus di transformasikan ke dalam bentuk yang dapat diserap oleh tumbuhan yaitu NH4+ dan NO3-.

Nitrogen dapat dikatakan sebagai salah satu unsur hara yang bermuatan. Selain sangat mutlak di butuhkan , ia dengan mudah dapat hilang atau menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Ketidak tersediaan N dari dalam tanah dapat melalui proses pencucian/terlindi (leaching) NO3¯ , denitrifikasi NO3¯ menjadi N2, volatilisasi NH4+ menjadi NH3, terfiksasi oleh mineralliat atau dikonsumsi oleh mikroorganisme tanah. Bentuk NO3- lah yang selalu terlindi dan mudah larut, maka dikaji pergerakannya ke permukaan akar agar tidak hilang sehingga merupakan suatu usaha ke arab efisiensi pemupukan.

Nilai prosentase nitrogen dalam tanah dikelompokkan dalam lima kategori berikut:(1) sangat rendah untuk N(%) <0,10,
(2) rendah untuk N(%) berkisar antara 0,10 s/d 0,20,
(3) sedang untuk N(%) berkisar antara 0,21 s/d 0,50,
(4) tinggi untuk N(%) berkisar antara 0,51 s/d 0,75 dan
(5) sangat tinggi untuk N(%) lebih dari 0,75 (Hardjowigeno, 1987).



B. Siklus Nitrogen Tanah
Selama jutaan tahun pertama Sejarah Dunia, sejumlah besar nitrogen yang direduksi dibebaskan ke dalam atmosfir dari dalam tanah. Tanaman-tanaman hijau yang menghasilkan oksigen lambat laun dan mikroorganisme meng-oksidasi nitrogen menjadi gas N2; atmosfer dibentuk semacam itu seperti yang dijumpa saat ini. Atmosfir sekarang mengandung 99% nitrogen yang mengalir dalam siklus nitrogen di bumi.

N2 atmosfir dicirikan oleh suatu tiga ikatan atom-atom nitrogen yang sangat tahan terhapad reaksi dengan unsur-unsur lainnya. Tanaman-tanaman tinggi mampu menggunakan N2. proses konversi N2 menjadi bentuk-bentuk yang dapat digunakan tanaman berpembuluh adalah fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen disebabkan oleh mikroorganisme ( terutama bakteri dalam tanah dan lagae adalam air) dan peristiwa atmosfir tertentu, termasuk kilat. Bakteri denitifikasi dalam tanah mengubah nitrogen tanah yang tersedia kembali menjadi N2 dalam proses yang disebut denitrifikasi. Dua proses diatas, fiksasi dan denitrifikasi kira-kira sama dan bertanggungjawab pada keseimbangan semua antara nitrogen dan atmosfir dan nitrogen dalam tanah dan lautan.

Suatu sub siklus yang terdapat dalam tanah, meliputi nitrogen dalam bahan organic tanah dan organisme-organisme tanah yang terdiri dari proses-proses 2, 3, dan 4. Mineralisasi nitrogen organic berakibat dalam ketersediaan nitrogen seperti ammonium (NH4+). Nitrifikasi menghasilkan nitrogen tersedia seperti nitrat ( NO3-). Imobilisasi, pengambilan nitrogen oleh akar dan mikroorganisme, menggabungkan nitrogen kembali ke dalam bentuk organic (Foth, 1998).

Dari empat belas unsur esensial yang diperoleh tanaman dari tanah, enam diantaranya digunakan dalam jumlah yang relative besar; karena itu unsur inilah yang pertama-tama mendapat perhatian. Unsur tersebut ialah nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium dan sulfur. Karena digunakan oleh tanaman dalam jumlah relative besar, untuk mudahnya mereka disebut unsur hara makro.

Pertumbuhan tanaman dapat dihambat oleh unsur ini, karena tidak tersedia, atau tersedia terlalu lambat, atau karena ketiga batasan tersebut terdapat bersamaan. Hal ini kerap terjadi dalam hal nitrogen. Nitrogen, fosfor dan kalium biasanya diberikan kepada tanah sebagai pupuk alam dan sebagai pupuk buatan. Karena itu mereka kerap kali disebut unsur pupuk.

Nitrogen dan fosfor hampir selalu terdapat dalam jumlah perbandingan kecil dalam tanah mineral. Lagipula sebagian besar unsur ini setiap saat terdapat dalam bentuk persenyawaan fosfor yang relative tidak larut dalam tanah. Akibatnya unsur ini merugikan dua hal yang jumlahnya sedikit dan sangat sukar tersedia untuk tumbuhan.

Jumlah kalium seluruhnya biasanya banyak sekali, kecuali dalam tanah berpasir, berbeda dengan fosfor. Sedangkan fosfor mengalami dua rintanagan yang mana jumlahnya yang sangat sedikit dan sukar tersedia untuk tanaman tingkat tinggi (Buckman & Nyle, 1982)

Sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya, bahwa larutan hara yang di dalam tanah bergerak melalui proses difusi dan aliran massa (konveksi). Walaupun mekanismenya berbeda, namun berlangsung secara bersama-sama. Besarnya kerapatan aliran (fluks) dari larutan (solute) dirumuskan (Hillel, 1980; Scotter dan
Tillman, 1991) :

J¡ =qCi . (l q l + Di)(∂Ci/∂z)

dimana: Ji = kerapatan aliran (fluks) larutan tanah (mol/m2/dt).
q = kerapatan aliran (fluks) air (dari persen Darcy) (mldt).
Ci = konsentrasi larutan tanah (mol/m3).
= koefisien dispersivitas (m).
Di = koefisien difusi molekuler (ionik) (m2/dt).
z = kedalaman tanah atau jarak (m).

Banyaknya suatu larutan tanah (solute) yang diangkut dalam suatu waktu menjadi
suatu persamaan kontinuitas, yaitu :
∂Mi/∂t=∂Ji/∂z

dimana: Mi = jumlah solute yang ada dalam unit volume.
t = waktu.

Pergerakan N di dalam tanah cukup sui it untuk diamati, karena adanya proses transformasi yang tidak dapat dikendalikan, seperti amonifikasi dan nitrifikasi (Nkurumah, et al. 1989). Walaupun demikian, beberapa literatur mengukur banyaknya N yang berpindah dalam suatu waktu. Bila pupuk Urea yang diberikan ke dalam tanah, maka oleh Wagenet dalam Tillman dan Scotter (1991) menjadi :
∂Mu/∂t = -∂Ju/∂z –kuMu

dimana: indeks u menunjukkan gimbal urea.
ku = besarnya konstanta hydrolisis urea (dt¯¹).

Proses berlanjut ke bentuk amonium, sehingga :
∂Ma/∂t = -∂Ja/∂z + kuMu . kaMa

dimana : indeks a untuk gimbal amonium
ka = besarnya konstanta nitrifikasi

Sedangkan untuk nitrat digunakan indek n :
∂Mn/∂t = -∂Jn/∂z + kaMa

Kekurangan unsure N menyebabkan pertumbuhan tanaman kedele terhambat dan kadar klorofil turun, sehingga tanaman pucat. Daun-daun sempit, gugur (mulai daun-daun tua) kemudian mati. Sekitar 50 % dari nitrogen didalam tanah berasal dari penambatan oleh rizobium. Tanah berkadar kurang dari 0,1 % N perlu dipupuk nitrogen, terutama waktu tanaman masih muda. Untuk daerah yang baru dibuka, sebelum ditanam, benih perlu dicampur dengan inokulum rizobium, misal legin.

Kelebihan nitrogen menyebabkan pertumbuhan tanaman terlalu subur dengan daun berwarna hijau tua dan perkembangan akar kurang baik. Bintil akarnya sedikit, nisban pucuk/akar besar. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan antara serapan air dan transpirasi, sehingga tanaman mudah layu. Terjadi gangguan diferensiasi sel pada titik tumbuh sehingga daun salah bentuk. Diantaranya tulang daun timbul warna kekuningan (Anonim 2; 2009)

Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4+, NO3-, NO2-, NO2, NO dan unsur N. Juga terdapat bentuk lain yaitu hidroksi amin (NH2OH), tetapi bentuk ini merupakan bentuk antara, yaitu bentuk peralihan dari NH4+, menjadi NO2- dan bentuk ini tidak stabil (Hakim, dkk,1988).

Penyediaan ion dalam tanah dapat dipandang dari sudut mineral dengan masukan dan kehilangan dari ekosistem dan laju transfer diantara komponen sistem. Pendekatan ini berharga bagi nitrogen, dimana masukan karena curah hujan dan fiksasi serta kehilangan akibat pencucian dan denitrifikasi merupakan sebagian besar dari jumlah seluruhnya yang ada dengan siklus sistem tersebut. Untuk ion yang di absorbsi, masukan ini tidak berarti dibandingkan dengan dengan jumlah seluruhnya yang ada, termasuk kehilangana karena pencucian dalam tanah-tanah subur.

Siklus nitrogen adalah kompleks dan kompertemen organik merupakan bagian yang dominan, beberapa macam bakteri terlihat dalam pengubahan NH4+ menjadi NO3+ (Nitrobacter, Nitrosomonas, Nitrosococcus adalah yang paling penting), tetapi kedua bentuk itu dapat diambil oleh banyak tanaman dengan fasilitas yang sama.

Lebih penting lagi adalah produksi NH4+ yang dihasilkan dari bahan organik yang dibawa oleh bermacam-macam fungsi dan bakteri. Perombak dekomposisi ini juga membutuhkan N, tetapi jika bahan mempunyai kandungan N rendah, bahan itu akan dipesatukan ke dalam biomassa dan tidak dibebaskan, sampai penyediaan karbon berkurang ( Fitter dan Hay, 1991).


C. Beberapa Aplikasi Untuk Mempertahankan Ketersediaan Nitrogen
Bahan organik meningkatkan produktifitas tanah melalui mineralisasi zat-zat hara. Bahan organik mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi, daya ikat air yang tinggi dan mampu meningkatkan sifat fisik tanah.

Penambahan sebagian besar nitrogen secara alami ketanah ditambahkan melalui fiksasi biologis simbiotik dan non simbiotik seperti melalui penamaan tanaman leguminosa ( Tabel 1. ) dan pemberian Azolla ( Tabel 2. )

Bakteri Rhizobium yang hidup secara simbiotik pada bintil akar tanaman leguminosa memfiksasi nitrogen dengan enzim nitrogenase yang berkombinasi dengan molekul dinitrogen (N2).

Tabel 1 . Kondisi Fisika dan Kimia Tanah di Bawah Aplikasi Stylosanthes
dan Tanah Alami
Kondisi
Stylosanthes (selama 3 tahun)
Tanah Alami (lebih dari 3 tahun)
Kandungan N (g/kg)
1,14
0,87
CEC (cmol/kg)
3,24
2,22
Carbon Organik(g/kg)
4,31
2,70
Pulk Dencity (g/cm³ )
1,51
1,66
Total porositas (%)
43,10
37,40
Makro porositas (%)
42,10
36,40
Makro Organisme (%)
34 x 107
12 x 107

( Sumber : Tarawali dan Ikwuegbu, 1993 ).

Dari hasil penelitian Kriangsak (1986), pembenaman azolla menunjukan efektif sebagai sumber nitrogen untuk padi ditandai dengan hasil yang berbeda nyata masing-masing terdapat penumpukan dengan 70 kgN/ha dan kontrol. Diperkirakan dengan pemakaian Azolla memperoleh keuntungan tertinggi sebesar $ 367.08 (103,55 %) (Tabel 2. )

Tabel 2. Pengaruh Pemberian Azolla ( Azolla microphylla ) dan Pupuk N pada Produksi Tanaman Padi.
Perlakuan
Jlh. Biji Berisi
Jlh. Biji Hampa
Berat 1000 Biji (g)
Prod. Biji (ton/ha)
Prod. Jerami (ton/ha)
Control
55,22 a
15,76 a
23,47 c
3,11 a
1,29 b
70 kg N / ha
59,77 a
13,29 bc
24,63 b
3,52 b
1,73 a
5 t azolla/ha
66,18 a
13,82 b
25,41 ab
3,67 ab
1,39 a
10 t azolla/ha
70,98 a
12,08 bc
25,88 a
4,04 ab
1,61 a
15 t azolla/ha
75,55 a
11,75 c
26,00 a
4,11 a
1,74 a

Sumber : Kriangsak, 1986 ).


Nitrogen merupakan unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang terdapat dalam tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga perlu diberikan pupuk sintetik yang merupakan sumber nitrogen untuk mempertinggi produksi. Keinginan menaikkan produksi tanaman untuk mencukupi kebutuhan pangan, berakibat diperlukannya pupuk dalam jumlah yang banyak. Industri pupuk yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan pupuk yang semakin meningkat. Untuk itu perlu dicari pupuk nitrogen alternatif dan rekayasa gen hijau kelihatannya dapat memberikan harapan untuk memenuhi kebutuhan pupuk di masa yang akan datang (Anonim 3; 2009).

Udara yang menyelubungi bumi mengandung gas nitrogen sebanyak 80 %, sebahagian besar dalam bentuk N2 yang tidak dapat dimanfaatkan. Tanaman dan kebanyakan mikroba tidak mempunyai cara untuk mengikat nitrogen menjadi senyawa dalam selnya. Tanaman dan mikroba umumnya mendapatkan nitrogen dari senyawa seperti ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Untuk memanfaatkan nitrogen dalam bentuk gas, pakar bioteknologi memusatkan perhatiannya pada hubungan antara tanaman dengan jenis mikroba tertentu yang dapat menambat nitrogen dari udara dan menyusun atom nitrogen kedalam molekul ammonium, nitrat, atau senyawa lain yang dapat digunakan oleh tumbuhan (Prentis, 1984).





IV. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
§ Labu Kjeldahl
§ Timbangan analitik
§ Pemanas listrik/ alat destruksi
§ Seperangkat alat destilasi
§ Buret

b. Bahan
§ H2SO4 pekat
§ Katalis = 100 gr k2SO4 + 10 gr CuSO4 + 2 gr Se, tumbuk dan aduk
§ NaOH 40% =400 gr/L
§ H3BO3 4% 40 gr/L (untuk melarutkan dengan air panas)
§ Indicator campuran metyl red 0.099 gr + 0.066 gr Bromkresol Green + 100 ml etanol
§ H2SO4 0,1 N = 2,8 ml/L standarisasi dengan NaOH 0,1 N




V. PROSEDUR KERJA
1. Pipet 10 mL larutan tanah (sisa pada praktikum ke-2; praktikum K)
2. Masukkan ke dalam labu ukur
3. Beri 2 tetes indikator asam borat
4. Destilasi selama ± 15 menit
5. Titrasi sebanyak 1,5 mL.
6. Perhatikan perubahan-perubahan yang terjadi.










VI. HASIL PENGAMATAN & PERHITUNGAN

Standar
Contoh
Konsentrasi
Absorbant
Konsentrasi
Absorbant
0
0
4,7826
0,1
5
0,12
2,0652
0,05
10
0,2
3,1522
0,07
15
0,28
4,2391
0,09


KA
TITRASI
KEL. 1
1,0724
1,5
KEL. 2
1,0316
2
KEL. 3
1,0923
2,1
KEL. 4
1,0626
0,5





KANDUNGAN N DI DALAM TANAH
P3 (Tanah Aluvial)

12,48521324
P2 (Tanah PMK)

16,01360933
P4 (Tanah Gambut)

35,6073066
P1 (Tanah Sambas)

4,123706202







VII. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan nitrogen total yang terdapat di dalam tanah. Seperti yang kita ketahui bahwa besarnya kandungan nitrogen yang berada di dalam tanah sangat penting untuk keperluan metabolisme daripada mikroorganisme-mikroorganisme dalam tanah.

Praktikum ini dilakukan berdasarkan prosedur kerja yang telah dicantumkan sebelumnya. Setelah dipipet sebanyak 10 mL dan diberi indikator asam borat warna larutan yang semula jernih dan bening seperti air berubah menjadi warna merah. Kemudain, larutan di destilasi selama 15 menit. Dan perlahan kembali menunjukkan perubahan warna yang cukup mencolok. Larutan kembali berubah menjadi warna hijau. Setelah itu larutan di titrasi sebanyak 1,5 mL dan kembali berubah warn amenjadi warna merah. Pada dasarnya, perubahan warna tersebut hanya menggambarkan sifat masam ataupun basa nya dari suatu larutan. Warna merah menujukkan bahwa larutan tersebut bersifat masam, sedangkan warna hijau mengindikasikan bahwa larutan bersifat basa.

Tiga hal penting dalam praktikum kali ini adalah destruksi, destilasi dan titrasi. Sepeti yang kita ketahui bahwa destilasi adalah suatu teknik pemisahan larutan yang berdasarkan pada perbedaan titik didihnya. Destilasi terfraksi dugunakan untuk larutan yang mempunyai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30oC atau lebih. Dasar pemisahan suatu campuran dengan destilasi adalah adanya perbedaan titik didih dua cairan atau lebih yang jika campuran tersebut dipanaskan, maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara cermat, kita dapat menguapkan dan kemudian mengembunkan komponen-komponen secara bertahap.

Selanjutnya kita menghitung kadar nitrogen total dalam tanah dengan menggunakan rumus yang telah diberikan pada praktikum. Berdasarkan data-data yang diperoleh untuk memperoleh hasil perhitungan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan nitrogen tertinggi di dalam tanah adaalah tanah gambut. Hal ini dikarenakan karena tingginya kadar bahan organik yang terkandung di dalam tanah gambut.





VIII. KESIMPULAN
Tanah gambut memiliki kadar nitrogen total tertinggi diantara jenis tanah lainnya.
Kandungan nitrogen total di dalam tanah gambut berkisar 35 %.
Kandungan nitrogen total terendah dimiliki oleh tanah mineral asal Sambas yang hanya memiliki 4 % kandungan nitrogen total.



IX. SARAN
Ketelitian dan keseriusan dalam praktikum sangat dibutuhkan untuk mendapatkan data dengan akurasi yang tinggi.
Pemahaman secara teori mengenai objek daripada praktikum akan mempermudah jalannya praktikum.
























DAFTAR PUSTAKA


Anonim 1; www.wikipedia.org

Anonim 2; www.sulsel.litbang.deptan.go.id/index.

Anonim 3; www.acehpedia.org/Kebutuhan_Nitrogen_Pada_Tanaman

Buckman, Harry O & Nyle C Brandy. Ilmu Tanah. PT.Bhratara Karya Aksara : Jakarta

Fitter. A. H. dan R. K. M. Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press.
Yogyakarta. Hal. : 92-93

Foth, Henry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UGM-Press : Yogyakarta.

Hakim, N. , dkk, 1988. Kesuburan tanah. Penerbitan UNILA. Lampung.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT. Melton Putra. Jakarta. 233 Halaman

Hillel, D. 1980. Fundamentals of Soil Physics. Academica Press.

Kriangsek, M.U. , 1986. The Use of Chemical and Organic Fertilizer Rice-Fish
Culture System. Unpublished MS Thesis. CLSU. Munos. Nueva Ecija. Philippines.

Nkrumah, M., S.M. Griffith, N. Ahmad, and F.A. Gumbs. 1989. Lysimeter and Field.

Notohadiprawiro.1999. Tanah dan Lingkungan.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Hal 204-205.

Mengel, K and E.A. Kirkby. 1982. Principles of Plant Nutrition 3rd edition.
International Potash Institute. Warblaufen-Bern Switzerland.

Prentis, Steve. 1984. Bioteknologi. Jakarta: Erlangga

Russel, E. W. 1973. Soil Condition and Plant Growth 10th edition Longman-ELBS,
London.

Sanchez, P .A. 1976. Properties and Management of Soils in The Tropics. John Wiley
& Sons. New York.

Scotter, D.R. and R. W. Tillman. 1991. Movement of Solute associated with
Intermittent Soil Water Flow I. Tritium and Bromide. Aust.J. Soil Res.

Tarawali and Ikweugbu, 1995. Legumes for Sustainable Food Production in
semi-arid Savannahs. ILEIA News Letter. Netherland. PP. 18 – 19

1 komentar:

  1. Dear valarine

    saya mau nanya, rumus kerapatan aliran / fluks itu sumbernya ada buku yang terbaru atau ada jurnal penelitian sebelumnya ?

    regards
    alfania

    BalasHapus